Pengantar Filsafat Ilmu

Bahan Kuliah I

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

 

Pengantar Filsafat Ilmu

K. B. Primasanti

 

Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?

Apa manfaatnya bagi seseorang yang mempelajari ilmu pengetahuan?

 

                Pada mulanya filsafat menaungi seluruh ilmu pengetahuan. Lama-kelamaan, satu demi satu ilmu-ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan menjadi ilmu yang mandiri[1]. Karena berasal dari induk yang sama, implikasinya ilmu-ilmu ini saling bertautan sehingga mengaburkan batas ilmu teoritis dengan ilmu terapan atau praktis[2].  Maka, eksistensi filsafat – yang menurut Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) adalah the great mother of the sciences – tetap dibutuhkan untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup ilmu pengetahuan dengan tepat. Pemikiran ini kemudian melahirkan filsafat ilmu.

                Sampai saat ini belum ada batasan yang positif mengenai filsafat ilmu. Setiap pakar mengungkapkan pemikirannya dengan makna dan penekanan yang berbeda.  Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia[3]. Obyek dari filsafat ilmu adalah pengetahuan yang selalu melahirkan pengetahuan baru. Kajian dari filsafat ilmu kemudian diarahkan kepada komponen-komponen yang menjadi tiang bagi eksistensi ilmu, yakni epistemologi, ontologi dan aksiologi. Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999) mempertegas dengan mengatakan bahwa  filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.

                Perdebatan antara Stephen Toulmin dan Ernest Nagel pun memberi penjelasan bahwa filsafat ilmu masih terus berproses menemukan definisinya. Perdebatan ini melahirkan empat titik pandang yang dapat dijadikan acuan dalam memahami filsafat ilmu. Pandangan pertama menyebut bahwa filsafat ilmu adalah perumusan world-views yang konsisten dengan didasarkan pada teori-teori ilmiah yang penting sehingga implikasi ilmu perlu dielaborasikan. Pandangan kedua mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisi dari presupposition (dugaan) dan predisposition dari para ilmuwan. Pandangan ini cenderung mengasimilasikan filsafat ilmu dengan sosiologi. Sedangkan pandangan ketiga mengemukakan bahwa filsafat ilmu itu adalah suatu disiplin yang di dalamnya konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan. Hal ini berarti memberi kejelasan tentang makna dari berbagai konsep seperti partikel, gelombang, potensial dan komplek di dalam pemanfaatan ilmiahnya. Pandangan keempat menyebutkan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu patokan tingkat kedua yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti: karakteristik-karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dari tipe penyelidikan lain; prosedur yang bagaimana yang patut dituruti oleh para ilmuwan dalam menyelidiki alam; kondisi yang bagaimana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah agar menjadi benar; situs kognitif yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hukum-hukum ilmiah[4].

                Berling, dkk, ikut berkontribusi dengan mengatakan bahwa filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan[5]. Beragam pendapat dengan penekanannya masing-masing tersebut tidak ada yang salah, namun dengan mengelaborasikan berbagai pendapat di atas, penulis bersepakat bahwa filsafat ilmu merupakan pemikiran lanjutan yang reflektif dan mendalam terhadap persoalan yang menjadi landasan ilmu dengan menekankan kajian pada komponen epistemologi, ontologi dan aksiologi suatu ilmu yang di dalamnya konsep-konsep dan tori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan dengan menyelidiki ciri-ciri dan cara-cara memperoleh pengetahuan terkait, berdasarkan metodologi dan teori yang relevan.

                Bagi seseorang yang mempelajari ilmu pegetahuan, filsafat ilmu sangat membantu secara umum untuk menemukan tujuan akhir dari mempelajari ilmu pengetahuan, yakni kebenaran. Lalu kebenaran yang bagaimana? Dengan mempelajari filsafat ilmu dan melakukan penyelidikan dengan metodologi serta teori yang benar maka ilmuwan dapat memahami latar belakang serta hubungan yang berdifat faktual, mempertanyakan kembali secara de facto  asal mula yang mempertumbuhkan serta memungkinkan timbulnya penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ilmiah atau sebaliknya yang merintangi serta membatasi kegiatan-kegiatan ilmiah[6]. Selain itu, dengan melakukan penyelidikan bersama filsafat ilmu, orang yang mempelajari ilmu pengetahuan dapat mempertanyakan kembali secara de jure mengenai landasan-landasan serta azas-azas yang memungkinkan ilmu untuk memberikan pembenaran terhadap dirinya sendiri serta apa yang dianggapnya benar.

Dalam perkembangannya filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997). Filsafat ilmu juga membantu para ilmuwan untuk meyakinkan pilihan jawabannya terhadap pertanyaan: apakah ”ada” itu. Menurut Koento Wibisono, inilah yang menjadi dasar seseorang akan memilih pandangannya sendiri, cara-cara serta paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu[7]. Demikianlah, sebagai pemikiran yang mendalam filsafat ilmu menjadi bagian yang fundamental dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang sesunggunya tidak pernah bisa berdiri sendiri tanpa penyelenggaraan ilmu yang sebenarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1] Sesudah itu perkembangan ilmu-ilmu ini begitu pesat dan membuat orang yakin bahwa ilmu-ilmu tersebut mampu menjawab persoalan yang selama ini belum terpecahkan. Mengenai filsafat ilmu ini, penulis menyarikan pendapat Jan Hendrik rapar, Pengantar Filsafat,  Kanisius, Yogyakartam 1996

[2]Pendapat ini diungkapkan oleh Koento Wibisono (1984) dalam Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh: Feti Fatimah http://tumoutou.net/702_04212/feti_fatimah.htm

[3] The Liang dalam tulisan Feti fatimah (Ibid.) menyatakan bahwa Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik  dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu

[4] Titik tolak mengenai perumusan filsafat ilmu ini dirangkum penulis dari tulisan Conny R. Smeiawan, et al dalam buku Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,  1991           

[5] Pendapat Berling, dkk mengenai tinjauan umum filsafat ilmu terdapat dalam buku Pengantar Filsafat Ilmu,  diterjemahkan oleh Soejono Soemargono,  Tiara Wacana,  Yogyakarta, 1986

[6] Ashadi Siregar dalam  Bahan Acuan Mata Kuliah Filsafat Komunikasi

[7] Mengenai kemanfaatan filsafat ilmu untuk membantu menentukan pilihan immuwan terhadap paradigma yang akan dipakainya ini diungkapkan oleh Koento Wibisono dalam dalam Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Oleh: Feti Fatimah http://tumoutou.net/702_04212/feti_fatimah.htm

 

10 responses to this post.

  1. Posted by Reni Octorianty on August 16, 2011 at 2:11 am

    Bagus banget artikelnya Miss… ternyata filsafat merupakan akar dari perkembangan pemikiran manusia untuk selanjutnya..kalau tidak ada filsafat mungkin kita tidak tahu ilmu yang ada saat ini, seperti ilmu komunikasi….heheeheeeee

    Reply

  2. Hmmmm….gitu ya? Trus, menurut kamu, filsafat ilmu komunikasi itu apa?

    Reply

  3. Posted by Trixie on August 26, 2011 at 2:57 am

    Filsafat kan mempertanyakan apa yang ditanyakan miss..hahaha
    Miss Prima bangetttt

    Reply

  4. Saya mau cobe jawab miss, filsafat ilmu komunikasi buat menjawab permasalahan yang ada dalam komunikasi seperti komunikasi antara orang tua dan anak remaja kan sering kali ada perbedaan pemikiran mungkin dari filsafat kita bisa menghasilkan pertanyaan lalu mencari jawaban dengan metode penelitian, betul ga miss??? *pendapat miss hehehe^^*

    Reply

  5. Jawaban kalian bagus…hihihi….tapi kalian masih menjawab dari satu sisi saja, yakni sisi “nilai/ fungsi” filsafat atau kata lainnya dari sisi apa …..logi…wkwkwkwk….kalian coba menjawab secara lebih holistik dong….

    Reply

  6. Posted by rocella.salim on September 9, 2011 at 12:31 pm

    holistik itu apa maksudnya miss? hehehe ga tau 😐

    Reply

  7. Posted by Glandy Burnama on September 13, 2011 at 2:53 pm

    kalau saya sih….filsafat ilmu komunikasi itu ya mempertanyakan ilmu komunikasi secara holistik. Mulai dari filsafat ilmunya, bidang, proses, lokus, tujuan, fungsi, metode, dan lain sebagainya. Semua hal itu dipertanyakan sampai menemukan jawaban yang tepat 😀

    Reply

  8. Posted by Chelsea Amanda Alim on September 22, 2011 at 4:01 pm

    saya kira filsafat itu dasar dari semua ilmu. jadi seakan2 bisa diumpamakan ilmu filsafat itu sebagai wadahnya ilmu2 lain. Namun miss, saya kira ilmu filsafat ini kok rada abstrak yah. saya masih merasa ‘ngambang’ gitu ..

    Sekian. mohon maaf bila ada perkataan yang salah. 🙂

    Reply

    • Tentulah filsafat itu abstrak….kalau tidak abstrak namanya bukan filsafat….hihihihihi…Filsafat justru merupakan abstraksi dari ilmu lebih dari opreasionalnya….seperti kalau kamu punya mimpi dan kamu akan melakukannya…filsafat adalah mimpi itu sendiri, di mana batas batasnya adalah abstrak, luas, seolah-olah tidak terjangkau….

      Reply

  9. Posted by Felicia Njotorahardjo, NRP 51410033 on October 1, 2011 at 5:07 am

    Ikut menanggapi miss^^… holistik itu menyeluruh ocel,, hehehe
    Menurut pemahaman saya dari buku filsafat yang pernah saya baca ( Effendy, 2003 ), filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman2 secara mendalam mengenai teori dan proses komunikasi ( meliputi bidang, sifat, tatanan, tujuan,fungsi, teknik, serta metode komunikasi) . Itulah filsafat,, jenis pemikiran yang meragukan segala sesuatu, selalu mengajukan pertanyaan, mencari jawaban yang lebih baik daripada jawaban yang sudah ada,, Semuanya dilakukan semata-mata untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman ,,,hehehhe 🙂

    Reply

Leave a comment